Jakarta –
Pengacara Cristalino David Ozora, Mellisa Anggraini, mengatakan bahwa David mengalami cedera aksonal difus berdasarkan diagnosis dokter dan hasil tes.
Menurut dia, David mengalami cedera otak parah akibat penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo, anak mantan pegawai pajak.
“Itu sebabnya dokter mengatakan bahwa David mengalami cedera aksonal difus,” kata Mellisa saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (29/3).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Mellisa juga mengatakan bahwa David telah dirawat di ICU selama 38 hari. Dokter memperkirakan putra pejabat GP Ansor itu tidak akan bisa melakukan kegiatan akademik selama setahun atau lebih.
Dikutip dari Medical News Today, cedera aksonal difus (DAI) merupakan salah satu jenis cedera otak traumatis (TBI). Ini mengacu pada pemotongan atau robeknya serabut saraf penghubung yang panjang, atau akson otak. DAI dapat terjadi akibat kecelakaan mobil atau benturan keras dan dapat menyebabkan koma.
Cedera aksonal difus, juga dikenal sebagai cedera aksonal traumatis, terjadi ketika pukulan keras atau sentakan tiba-tiba ke kepala menyebabkan kerusakan pada otak. Setelah benturan yang kuat, otak bisa menabrak tengkorak, yang bisa merobek serabut saraf. Cedera terjadi saat otak bergeser dan berputar di dalam tengkorak.
Ini dapat memengaruhi kemampuan berbagai bagian otak untuk berkomunikasi dengan bagian lain, yang dapat menyebabkan masalah neurologis, serta kehilangan kesadaran, kecacatan jangka panjang, dan kematian.
Gejala Cedera Akson Difus
Secara khusus, DAI menggambarkan terjadinya luka atau robekan pada serabut saraf yang dikenal sebagai akson. Trauma ini biasanya terjadi akibat perpindahan cepat otak di dalam tengkorak. Setelah tumbukan tiba-tiba, gaya mekanis menyebabkan serabut saraf meregang dan robek.
Akson adalah bagian neuron yang panjang seperti benang yang menghantarkan impuls listrik. Mereka bertanggung jawab untuk komunikasi antara sel-sel saraf. Dengan demikian, kerusakan akson dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan membantu mengkoordinasikan fungsi tubuh, yang dapat menyebabkan kecacatan yang parah.
Gejala seseorang dengan DAI biasanya kehilangan kesadaran dan hasil tes neurologis yang buruk.
Para ahli menggunakan Skala Koma Glasgow (GCS) untuk menilai tingkat gangguan. Mereka menghitung skor dengan menjumlahkan total dari tiga kategori berbeda untuk mendapatkan skor yang berkisar dari minimal 3 hingga maksimal 15. Skor yang lebih rendah menunjukkan tingkat penolakan yang lebih tinggi. Seseorang dengan DAI biasanya memiliki skor GCS kurang dari 8 selama lebih dari 6 jam. Kategori untuk GCS meliputi:
mata
Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap tertutup meskipun diberikan stimulus, seperti cubitan pada mata. Poin 2: mata terjaga setelah menerima rangsangan. Angka 3 : mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk membuka mata Angka 4 : mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan.
Suara
Poin 1 : tidak mengeluarkan suara sedikitpun walaupun dipanggil atau diberi stimulus Poin 2 : suara yang keluar berupa gerutuan tanpa kata Poin 3 : suara terdengar tidak jelas atau sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi tidak jelas Poin 4 : suara terdengar dan menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut tampak bingung atau pembicaraan tidak lancar. Poin 5: suara terdengar dan menjawab semua pertanyaan dengan benar dan sepenuhnya menyadari lokasi, orang yang Anda ajak bicara, tempat, dan waktu.
Pergerakan
Berikut panduan penentuan angka GCS untuk penilaian respon gerakan.
Poin 1: tidak dapat menggerakkan tubuh sama sekali Poin 2: ekstensi abnormal (satu atau kedua lengan direntangkan ke samping tubuh, dengan jari terkepal dan kaki terentang ketika stimulus nyeri diberikan) Poin 3: fleksi abnormal (satu atau kedua tangan dalam posisi kaku di atas dada dan tungkai ekstensi saat diberikan rangsang nyeri Butir 4 : mampu menggerakkan badan menjauhi rangsang nyeri saat diberikan rangsang nyeri
Butir 5: melokalisir nyeri (tubuh dapat bergerak bila diberikan stimulus nyeri dan orang tersebut dapat menunjukkan lokasi nyeri). Poin 6: melakukan gerakan tubuh apa pun saat diperintahkan
Tonton Video “Pendekatan Baru Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental dengan VR”
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)