Jakarta –
Chef Rendiputra P. Saroengallo atau yang akrab disapa chef Rendi tidak tertarik untuk bekerja di dapur hotel, namun yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Ia menjabat sebagai Corporate Executive Chef di ARTOTEL Group sejak 2019. Berikut kisahnya.
Menjadi seorang koki di dapur restoran dan hotel sangatlah berbeda. Tak sedikit chef yang enggan berkarir di hotel karena dianggap konvensional, kurang menantang, dan tidak bisa berkembang.
Inilah yang dirasakan chef Rendi. Kepada detikfood (21/3), pria bertato itu mengaku tak tertarik menjadi koki hotel. Kariernya sejauh ini adalah di dapur restoran independen.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Namun perbedaan konsep yang ditawarkan oleh ARTOTEL berubah pikiran. Saya tertarik dengan ARTOTEL karena gaya restonya independent, bukan resto hotel seperti casual dining,” ujarnya.
Chef Rendi menekankan bahwa konsep ‘gaya hidup’ membuatnya lebih bebas untuk berkreasi di dapur. “Konsepnya lebih bebas. Hotel konvensional lebih ketat,” imbuhnya.
Kebebasan ini juga tercermin dari gaya dan penampilan chef Rendi yang tidak seperti chef hotel kebanyakan. Tangannya ditutupi dan telinganya juga dihiasi anting-anting yang bagi kebanyakan orang mungkin terlihat sedikit berantakan.
Dia juga tidak sendirian. Anak buahnya juga terlihat bebas. “Lihat saja anak laki-laki saya, rambutnya panjang. Yang penting rapi. Tidak masalah pakai anting atau tindikan, tidak ada hubungannya dengan kebersihan. Yang penting di dapur kembali ke performa. Yang penting adalah budgetnya, selama tidak ada keluhan, tidak apa-apa,” kata chef ramah ini.
Chef Rendi menambahkan, kinerja seorang chef sejatinya bisa dilihat dari hasil karyanya. “Bagi kami yang penting adalah hasil akhir. Karena setiap orang punya gayanya masing-masing, ada yang di dapur garang, ada yang pendiam,” ujarnya.
Sosok chef Rendi dinilai seorang karyawan garang dan tegas saat bekerja, namun ia tidak menampik anggapan tersebut. Dia berkata, “Anak-anak dapur sebenarnya semuanya galak dan tegas. Selama kamu meninggalkan dapur, lepas celemekmu, kamu hanya berteman.”
Ditambahkannya, di dapur ARTOTEL, hubungan antara dirinya dan karyawan dapur lainnya cukup santai. “ARTOTEL bagus karena gaya hidup dulu, gampang santai. Kalau salah ya salah, ingatkan saya,” lanjutnya.
Lulusan sekolah manajemen hotel di Swiss dengan karir di Jakarta dan Bali
Chef Rendi membagikan resep ayam goreng serundeng kepada detikfood (21/3) di Pantry Magic, Kemang. Foto: detikfood
Menelusuri perjalanan chef Rendi, kariernya sebagai chef tidak dimulai di sekolah kuliner, melainkan di sekolah manajemen hotel di Swiss. Ia belajar di International Hotel Management Institute Luzern, Swiss.
Jenjang pendidikan ini ditempuhnya pada tahun 2002, setelah lulus SMA. Namun meski menyukai dunia dapur dan kuliner, chef Rendi tidak mengambil jurusan kuliner di sekolahnya. Atas saran orang-orang terdekatnya, ia mengambil jurusan manajemen.
“Tadinya kepikiran pindah murni ke kuliner, tapi temen-temen semua bilang ke manajemen. Jadi kalau bosan mau pindah jurusan, gampang,” kata chef Rendi. Ia pun menyelesaikan pendidikannya dalam waktu sekitar 3,5 tahun.
Namun, dengan setiap latihan yang diadakan sekolahnya, chef Rendi lebih memilih bekerja di dapur. “Karena saya memang tertarik dengan dapurnya, bukan service atau bar. Sebenarnya dapur lebih penting dari pada judul,” ujarnya.
Dia menambahkan, “Karena saya mengambil semua pelatihan dapur (saat kuliah), ketika saya kembali, saya langsung bekerja untuk menjadi junior sous chef. Saya tidak melampaui level di bawah. Itu adalah level ketiga di dapur.”
Sekembalinya ke Indonesia, chef Rendi banyak meniti karir di Bali. Dia juga bolak-balik antara Jakarta dan Bali. Karier pertamanya di dapur adalah bersama grup Ocean Beach di Bali pada 2006-2007. Saat itu ia menjadi junior sous chef.
Perjalanannya tidak berhenti sampai di situ. Dia juga pernah bekerja di Karma Café Bali, Brewers Bali, Eastern Promise di Kemang, lalu pergi ke The Prohibition. “Dari situ ke Grup Boga, Putu Made bermitra dengan chef Mandif Warokka. Setelah itu dia ke Ismaya, mengadakan Pasar Rakyat karena waktu itu belum ada chef. Itu sekitar tahun 2017 atau 2018,” ujarnya.
Selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak video “Sup Ayam Kesuna Kenyal, Hangat, dan Bergizi untuk Berbuka”
[Gambas:Video 20detik]