maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138

‘Pelaku’ Penduduk Negeri Sakura, Pasangan Jepang Menurun?

'Pelaku' Penduduk Negeri Sakura, Pasangan Jepang Menurun?
0 0
Read Time:2 Minute, 27 Second


Jakarta

Populasi Jepang yang menurun telah menimbulkan kekhawatiran bagi lebih dari 90 persen pemimpin regional di sana. Penurunan angka kelahiran ini disebabkan banyak warga yang enggan memiliki dan membesarkan anak.

Melihat kondisi tersebut, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dalam konferensi pers bahwa pihaknya menempatkan prioritas tertinggi pada upaya mengatasi penurunan angka kelahiran.

“Pada tahun 2030-an, populasi anak di Jepang akan menurun dua kali lipat dari angka saat ini. Enam hingga tujuh tahun ke depan akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan penurunan angka kelahiran,” kata Kishida seperti dikutip Japan Today.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Tahun 2022 menandai rekor baru jumlah bayi yang lahir di Jepang di bawah 800.000 kelahiran. Ini adalah pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1899.

Kemungkinan Pemicu Resesi Jenis Kelamin

1. Pasangan Jepang tidak lagi Romantis

Narise Ishida, anggota Partai Demokratik Liberal (LDP) Jepang, mengatakan penurunan angka kelahiran juga disebabkan oleh masalah percintaan di masyarakat Jepang.

“Angka kelahiran tidak turun karena biaya punya anak. Masalahnya cinta sebelum menikah sudah menjadi tabu,” kata Ishida seperti dikutip Firstpost, Minggu (26/3/2023).

Untuk mengatasi hal itu, dia menyarankan pemerintah melakukan survei untuk mengetahui ‘kemampuan romantis’ masyarakat dalam rapat-rapat pemda.

Pernyataan Ishida didukung oleh fakta bahwa Jepang sebagian besar merupakan negara konservatif. Sebagian warganya masih enggan menunjukkan kemesraan kepada sesamanya di depan umum.

Menanggapi hal tersebut, Makoto Watanabe, profesor media dan komunikasi di Universitas Hokkaido Bunko di Sapporo, Jepang, mengungkapkan bahwa pernyataan Ishida mungkin benar.

“Dia mungkin benar bahwa pemuda saat ini tidak memiliki keterampilan komunikasi tradisional, tetapi ini adalah generasi yang berkomunikasi dengan sangat baik secara online dan melalui media sosial,” katanya.

Namun, dia menampik jika faktor ekonomi bukanlah pemicu penurunan angka kelahiran di Jepang.

2. Keengganan Wanita Jepang untuk Menikah

Kebanyakan wanita Jepang saat ini tidak menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup. Peningkatan pesat dalam peran gender di Jepang telah menyebabkan kecenderungan wanita muda untuk mencari pekerjaan daripada menikah dan memiliki anak.

Sejak akhir 1980-an, pendaftaran perguruan tinggi perempuan telah meningkat. Pada 2020, angka itu akan mencapai 51 persen. Sedangkan partisipasi angkatan kerja perempuan usia 25-29 tahun meningkat dari 45 persen pada tahun 1970 menjadi 87 persen pada tahun 2020.

3. Upah rendah dan sulit mencari pekerjaan

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab keengganan masyarakat untuk memiliki anak. Minimnya tempat bagi kaum muda dan perempuan untuk bekerja, serta eksodus kaum muda yang tak terbendung untuk mencari pekerjaan membuat masyarakat memilih untuk tidak memiliki anak.

“Upah yang rendah dan lingkungan kerja yang tidak stabil menjadi alasan mengapa anak muda meninggalkan pedesaan dan motivasi masyarakat untuk memiliki anak menurun,” kata peneliti senior di Japan Research Institute, Ltd., Takumi Fujinami, dikutip dari The Japan Balita, Minggu. (26/3/2023).

Oleh karena itu, Perdana Menteri Fumio Kishida telah mengumumkan rencana untuk menggandakan anggaran pertahanan negara untuk mendukung pasangan muda yang ingin memiliki anak sebagai bagian dari tanggapan terhadap penurunan populasi yang dramatis.

Simak Video “Penurunan Populasi dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Ragu Punya Keluarga”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Harold Taylor

Learn More →