maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138

Percaya atau tidak, masjid di Lamongan ini pindah dalam semalam

Percaya atau tidak, masjid di Lamongan ini pindah dalam semalam
0 0
Read Time:1 Minute, 52 Second


Angsa

Lamongan memiliki wisata religi berupa Makam Sunan Sendangduwur. Di makam tersebut terdapat masjid yang konon berpindah lokasi dalam semalam.

Sunan Sendangduwur adalah seorang penyebar agama Islam di pantai utara Lamongan, selain Sunan Drajat. Nama asli Sunan Sendangduwur adalah Raden Noer Rahmat.

Ia diyakini berasal dari daerah yang saat ini bernama Desa Sedayulawas, Brondong. Raden Noer Rahmat adalah keturunan Syekh Abdul Qohar dari Bagdad yang merantau ke Jawa dan menikah dengan putri Tumenggung Sedayu, bernama Dewi Sukarsih.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Hal itu diungkapkan Irfan Masyhuri yang menyebut dirinya merupakan keturunan ke-13 sekaligus juru kunci makam Sunan Sendangduwur. Hingga saat ini, makamnya yang berada di pegunungan Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran masih banyak dikunjungi peziarah.

“Raden Noer Rohmat lahir pada tahun 1520 Masehi dan ketika menginjak usia remaja pindah dari Sedayulawas, kemudian menebang pohon di sebuah tempat bernama Dukuh Tunon,” kata Irfan.

Sejumlah peninggalan diawetkan dan digunakan hingga hari ini. Salah satunya adalah masjid di makam Sunan Sendangduwur. Ada cerita menarik terkait perkembangannya.

Menurut cerita, jelas Navis, masjid yang terletak di makam Sendangduwur itu tidak dibangun secara bertahap. Namun, ada beberapa versi cerita seputar pembangunan masjid ini.

Pada cerita pertama, masjid ini ‘dibawa’ Sunan Sendangduwur kurang dari semalam dari daerah Mantingan, Jepara, di mana Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono memiliki masjid.

“Setelah mendapat gelar sunan, Raden Noer Rahmat berharap dapat membangun masjid di Desa Sendangduwur. Karena tidak memiliki kayu, Sunan Drajad menyampaikan hal tersebut kepada Sunan Kalijogo yang mengarahkannya kepada Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang di masjid saat itu,” kata Navis.

Cerita lain terkait masjid ini, kata Navis, masjid ini dibawa rombongan melalui jalur laut dari Mantingan Jepara ke Lamongan hanya dalam waktu satu malam. Sesampainya di Lamongan, rombongan yang memperkenalkan diri ke masjid tersebut langsung diterima oleh Sunan Sendangduwur dan Sunan Drajat beserta para pengikutnya.

“Saat istirahat, Sunan menghibur rombongan dari Mantingan dengan kupat atau ketupat dan lepet dan legen, minuman khas daerah setempat,” kata Navis.

Fondasi masjid sendiri ditandai dengan matahari sengkala dengan tulisan ‘gunanin seliro tirti hayu’ yang artinya menunjukkan angka tahun baru 1483 Saka atau 1561 Masehi.

—–

Artikel ini diterbitkan oleh detikJatim dan selengkapnya dapat dibaca di sini.

Simak Video “Melihat Sejarah dan Al-Qur’an dari Daun Kelapa di Matraman”
[Gambas:Video 20detik]
(www www)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Harold Taylor

Learn More →