Jakarta –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan peringatan bahwa ancaman pandemi COVID-19 masih belum berakhir. Menurutnya, ada 10 ribu kasus kematian per minggu di dunia akibat COVID-19. Dari total kasus tersebut, sebagian besar kematian dialami oleh lansia, tidak divaksin, dan rekan penderita.
“Jadi ancamannya tetap ada. COVID-19 juga beredar dalam konteks influenza dan patogen menular lainnya, yang masih menjadi beban sistem perawatan kesehatan,” tambah pimpinan teknis COVID-19 WHO, Dr Maria Van Kerkhove, dikutip dari official Situs WHO, Kamis (6/4/2023).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
kata Dr. Kerkhove mengatakan, meski situasi saat ini lebih baik dibandingkan saat awal pandemi COVID-19, ia tetap khawatir karena potensi perubahan karakteristik virus. Tidak hanya menjadi lebih menular, tetapi juga lebih buruk.
Oleh karena itu, kata dr. Kerkhove bahwa pandemi COVID-19 masih menjadi darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional.
“Sementara kita masih melihat banyak peredaran virus, kita tidak melihat tingkat dampak yang sama, dan dampak yang kami maksud adalah berkurangnya insiden rawat inap, ICU, dan kematian,” katanya.
“Kami akan terus melihat gelombang infeksi. Puncak infeksi itu mungkin tidak sebesar yang kita lihat di masa lalu dan mungkin tidak akan terjadi karena kita memiliki tingkat kekebalan populasi yang telah meningkat di seluruh dunia dari vaksinasi dan juga dari sebelumnya. infeksi,” katanya.
Selain itu, ia juga menyoroti peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di beberapa negara akibat subvarian Omicron XBB 1.16. Menurutnya, subvarian ini merupakan salah satu varian yang dipantau (VoM) oleh WHO, dan saat ini sudah terdeteksi di 22 negara.
“Sekuensnya kebanyakan berasal dari India dan di India XBB.1.16 sudah menggantikan varian lain yang beredar. Jadi, ini salah satu yang harus diperhatikan,” ucapnya lagi.
Tonton Video “Kasus Covid-19 di India Melonjak, 3.824 Infeksi Sehari”
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)